Gorontalo Kota Kerawang


“ Sulaman Kerawang Gorontalo Bangun
dari Tidurnya “
 

Oleh :
Sri Dewi Suma, S.T
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Gorontalo
 

Perindustrian di Provinsi Gorontalo masih lebih terkonsentrasi pada industri kerajinan berskala kecil dan menengah yang merupakan bidang yang banyak ditekuni oleh sebagian masyarakat Provinsi Gorontalo dalam menunjang kelangsungan hidupnya. Beberapa komoditi hasil industri kerajinan yang telah dikenal sebagai salah satu produk khas Gorontalo diantaranya adalah industi kerajinan meubel rotan dan kerajinan sulaman krawang tradisional “KARAWO” yang telah dikenal luas bahkan menjadi icon industri kecil Gorontalo.

Hampir semua sentraproduksi di Provinsi Gorontalo mendapat pesanan membuat sulaman kerawang dalam jumlah besar. Panen order itu seperti membangunkan para perajin sulaman kerawang dari tidur panjang. Sebab, sejak krisis moneter mendera Indonesia 1997, usaha kecil menengah ini ikut kena imbas. Penyebabnya, harga bahan baku tekstil melonjak, jumlah pasokan dari Pulau Jawa pun menurun. Misalnya kain oxford dan sifon, sebelum krisis Rp 6.000-9.000 per meter, sekarang Rp 12.500-13.000 per meter. Pemasaran kerawang juga menjadi sangat sulit karena naiknya harga itu.  Satu per satu perajin ini meninggalkan kegiatan menyulam. Upah yang diperoleh tidak sebanding dengan harga beras atau minyak tanah. "Upah perajin kerawang rata-rata Rp 2.500 sampai Rp 5.000 per hari,"  Sulaman kerawang sudah ada di Gorontalo sejak abad 17. Dari masa kerajaan dan kolonial Belanda hingga sekarang, kerajinan kerawang hanya melibatkan perempuan. Pada 1998, jumlah usaha kecil ini di Gorontalo tercatat hampir 11 ribu unit. Di Kabupaten Gorontalo terdapat 7.586 unit dengan 10.400 tenaga kerja dan di Kotamadya Gorontalo 3.382 unit dengan 4.152 orang tenaga kerja. Selain di Provinsi Gorontalo, kain kerawang dipasarkan ke Manado, Palu, Makassar, Palangkaraya, Sumatra, Papua, Malang, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Produk akhir sulaman kerawang berupa tatakan gelas dan piring, sprei, taplak meja, dasi, kipas, baju, jas, safari, sapu tangan, kerudung, dan sajadah salat.  Bahan baku sulaman kerawang adalah kain, biasanya jenis oxford(untuk sprei dan taplak), belini (jas dan safari), sifon (baju perempuan). Jenis lainnya santana, katun duyung, friendship, accura, claudy, tetron, dan ero. Sebagai bahan pendukung, perajin menggunakan benang, alas, motif, gabus, dan gagang kipas. Alat yang digunakan berupa jarum, silet, pamendangan, gunting, dan mesin jahit.  Untuk memroduksi kerawang, bahan dan ukuran kain disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya dipilih yang berwarna cerah. Kain diukur sesuai motif yang akan disulam, lalu diiris dengan jarum dan silet, serat-serat dicabut, lalu disulam sesuai dengan motif. Paling banyak, perajin membuat motif bunga, kemudian gambar ikan, dan corak-corak lokal. Produk akhir kain kerawang untuk baju perempuan tembus pandang belum mengikuti perkembangan mode atau keinginan pasar. Sebenarnya ada sulaman kerawang dari Gorontalo yang diekspor ke Filipina, Malaysia, dan Singapura, namun melalui Manado dan Sulawesi Selatan. Ada pula pedagang Filipina yang datang ke Manado atau Gorontalo untuk membeli sulaman.